Kujemput Hidayah-Mu Kunanti Maghfiroh-Mu
Rosululloh shallallahu‘alaihiwasallam bersabda:
"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua ibu-bapaknyalah yg akan menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi”
Lahir dari keluarga yg beda agama, ibu seorang muslim dan ayah beragama katolik, tidak membuat aku berhenti untuk menjemput hidayah ini.
Hidayah yg Alloh berikan pada hamba-Nya yg mau menjemputnya.
Seperti dua sisi mata uang, begitulah hari-hari dan kehidupan yg selalu kami jalani.
Adakalanya kita bebas menjalankan ibadah sebagai muslim namun adakalanya pula toleransi beragama juga harus ada ketika kita berkumpul dg keluarga ayah yg notabene-nya penganut katolik tulen, bukan karena korban kristenisasi.
Kakek aku (dari ayah) adalah seorang tentara yg berasal dari pulau seberang tepatnya pulau Sulawesi,kota Manado.
Karena tugas negara, beliau terdampar di pulau Jawa tepatnya di kota Semarang dan pada akhirnya menetap dikota ini.
“Proses menjemput hidayah itu begitu indah jika diurai setelahnya namun terasa sulit ketika menjalaninya dahulu”
Bagaimana tidak, aku sering kufur nikmat jika melihat teman-temanku yg mempunyai orangtua utuh dari segi diennya.
Mereka bisa berangkat sholat Idul Fitri bersama dari rumah.
Mereka bisa berbuka puasa/sahur bersama ketika bulan Romadhon dan keadaan-keadaan yg lainnya.
Sedangku....astaghfirulloh,ampuni hamba ya Robb.
Sungguh Alloh lebih mengetahui apa yg terbaik bagi hamba-Nya.
Ini hanya sebuah proses untuk menjadikan hambanya lebih baik, lebih faham hakikat hidup dan kehidupan, lebih bersyukur dg nikmat Islam dan iman.
Perjuangan imanku mulai benar diuji disaat memasuki awal sekolah SMU.
Dimana aku harus tinggal dg nenek dan beberapa sepupuku dirumah nenek.
Hanya aku sendiri yg bersekolah di SMU negeri sedang sepupu-sepupuku kesemuanya sekolah pada yayasan katolik.
Aku bingung harus sholat dimana, harus membaca Al Qur'an dimana karena disetiap sudut ruang terpasang gambar yg bagi nenek dan saudara-saudaraku dari ayah adalah Tuhan.
Alhamdulillah ada masjid didekat rumah nenek, jika waktu sholat sudah masuk dan posisiku pas dirumah nenek (tidak sedang sekolah), aku selalu sholat di masjid tersebut.
Sampai pada suatu hari, seingat aku waktu itu sesudah sholat maghrib karena keinginanku yg begitu besar untuk muroja'ah lagi dengan bacaan Al qur'anku, aku sempat bertanya pada salah satu bapak yg berada di masjid tentang belajar mengaji di masjid tersebut. Bapak ini malah menawarkan kepadaku untuk belajar mengaji dirumah beliau dan putrinya yg akan membimbingku.
Sebelum menawarkan hal itu, beliau sempat menanyakan dimana rumahku dan nama orangtuaku. Lalu aku bilang bahwa aku cucu dari ibu fulanah (saya menyebutkan nama nenek).
Kontan membuat bapak tersebut terkejut dan berucap kata Hamdalah dari bibir beliau dan banyak pertanyaan yg beliau utarakan saat itu.
Sampai pada akhirnya aku tiba dirumah beliau dan diperkenalkan dengan putrinya yg akan membimbingku mengaji.
Pintu hidayah itu sudah mulai terbuka sedikit demi sedikit.
Putri bapak tersebut berkerudung syar'i, santun dan lemah lembut. Dialah 'akhwat' yg pertama kali aku kenal, sampai sekarang masih selalu dalam ingatan dan selalu akan aku kenang segala kebaikannya.
Semoga Alloh mempertemukan kita kembali pada saat yg Alloh ridhoi. Entah didunia ini ataukah di jannah-Nya.... Aamiin.
Alloh menghijrahkanku.....
Mungkin harus dengan cara seperti ini, yg awalnya saya tidak ikhlas ternyata rencana Alloh lebih rapi dan lebih baik...maasyaaAlloh.
Rencana lulus dari SMU, keinginanku untuk melanjutkan sekolah lagi sangatlah tinggi..."aku ingin kuliah"
Tapi Alloh berkehendak lain....
Lulus SMU, ibu hanya mengijinkanku untuk ikut pendidikan nonformal saja,seperti kursus-kursus yg hanya ditempuh dalam waktu kurang dari satu tahun, ya maksimal 1 tahunlah.
"Manut" mungkin lebih baik untukku,batinku berucap.
Alhamdulillah, kursus selesai dan aku diterima bekerja pada sebuah perusahaan besar diluar Jawa.
Alloh menghijrahkanku....
Alhamdulillah, perubahan besar terjadi pada diriku.
Berhijab lengkap dg busana muslimah syar'i walaupun fase-fase perubahan tetap ada, namun fase itu nggak begitu memakan waktu yg lama.
Inilah hidayah, inilah yg harus aku jemput dengan segera.
Proses memantaskan diri dengan busana yang aku gunakan terus kulakukan.
Betapa aku tidak hanya ingin merubah penampilan saja tapi ilmu pun juga harus.
Menelaah ilmu dg membaca buku,berkunjung ke toko buku islami sering aku lakukan bersama teman-teman,begitupun mendatangi majlis-majlis ilmu.
Keseharianku sesudah bekerja adalah belajar ilmu dien.
Alhamdulillah, banyak ilmu yg aku dapatkan saat Alloh hijrahkan.
Seiring berjalannya waktu, saatnya untukku mengaplikasikan dalam praktek setelah teori aku dapatkan. Alloh mengembalikanku ketempat sebelum aku dihijrahkan.
"Untuk berdakwah", ini husnudzonku saat kontrak kerja 2 tahun itu ternyata hanya kurang dari 1 tahun saja kujalani.
Perusahaan mengembalikan kami ketempat asal dengan alasan yg bisa diterima oleh kami pula.
Proses menjemput hidayah dan menjaga hidayah itu butuh keistiqomahan diri.
Mungkin ini saatnya, aku harus menyampaikan syari'at Alloh walau ilmuku belum seberapa tetapi kebenaran walau sedikit tetaplah harus disampaikan.
Dakwah kepada keluarga ternyata tak se-simple yg diduga.
Banyak hal, ucapan dan sikap yg harus dihadapi dengan kesabaran.
Benarlah bahwa kesabaran itu tak berbatas sampai kapanpun,diri inilah yg membatasi kesabaran tersebut dengan dalih yg tak jelas,astaghfirulloh.
Mulai dari menilai penampilanku yg kata mereka tak perlu serapat itu. Pergaulanku yg kata mereka tak perlu se-ekstrim itu dan ujung-ujungnya mengkhawatirkanku jika jodoh tak menghampiri.
Sedangkan ibu hanya sering menasehati begini dan begitu, yg tentulah aku faham bahwa ibu selalu mendapat suara dari luar sana agar menasehati putri kesayangannya ini supaya tak salah aliran,wal’iyyadzubillah.
Alhamdulillah, ibu lebih mempercayaiku.
Singkat cerita, saat yg dinanti oleh setiap muslimahpun menghampiri diriku. Hari itu, ada umahat yg lebih tepatnya wali murid dari anak didikku di sebuah taman kanak-kanak tempat aku membimbing mereka, menawarkan kepadaku untuk proses ta’aruf dg seorang ikhwan tapi aku menolaknya dengan alasan usia dan dikarenakan ada beberapa teman pendidik yg aku menganggap usia mereka lebih mapan dan pastilah lebih siap jika penawaran tersebut diberikan kepada mereka.
Alhasil penolakanku tak berujung dengan kata "iya" namun nasehat yang aku terima.
"usia tak menjamin kesiapan,kemapanan ataupun kedewasaan”
Hal ini sempat aku utarakan kepada ibu.
Aku memberikan pengertian prosesnya tak seperti orang kebanyakan yg harus dijalani dg pacaran.
Dengan berat hati akhirnya ibu membolehkan padahal sebelumnya sempat tidak mengijinkan.
Aku memaklumi sikap ibu yg begitu berat melepas putrinya karena aku putri kesayangan beliau, begitu kata kakak dan adikku.
MaasyaaAlloh,proses menuju pernikahan begitu cepat dan ternyata ada rencana Alloh dibalik ini semua.
Satu bulan hidup bersama dg laki-laki yg tak pernah aku kenal,tak pernah aku tahu dan dg proses yg begitu cepat membuat aku banyak berucap syukur ,beliaulah suami yg Alloh hadirkan menjadi penguat hati.
Bagaimana tidak, 1bulan setelah menikah, ibuku meninggal tanpa ada sakit berbulan-bulan/tanda lainnya.
Hanya keluhan sakit kepala dan tiba-tiba divonis dokter mengidap kanker yg masuk dalam stadium membahayakan,subhanalloh.
2 minggu dirawat disebuah rumah sakit dan akhirnya mengembuskan nafas terakhir ditempat tersebut juga,innalillahiwainnailaihi rooji'un.Allohummafirlaha warhamha wa'afihi wa'fuanha.
Alloh memang selalu memberi apa yg kita butuhkan bukan selalu yg kita inginkan,walau terkadang kita tak menyadarinya.
Rencana Alloh itu selalu lebih indah dibanding rencana kita.
Kita punya pensil untuk menulis rencana kita tapi Alloh memiliki penghapus untuk mengapusnya.
Ya....menghapus rencana kita yg memang tidak layak dan belum pantas untuk diri kita.
Alloh lebih mengetahui apa-apa yg terbaik untuk diri kita....Allohuakbar.
Alhamdulillah 17 tahun bersama suami, 3 calon penerus generasi umat telah diamanahkan kepada kami. InsyaaAlloh mereka akan kami didik dengan sebaik-baik pendidikan, dimana kelak mereka akan menegakkan dienulloh bersama dengan umat-Mu yg tetap tsiqoh pada jalan kebenaran.....Aamiin Yaa Mujiibassaa`iliin
Komentar
Posting Komentar