Misi terselubung film DILAN....

Point pertama•

Dilan : "Jangan rindu!"
Milea : "Kenapa?"

Dilan : "Ini berat, kau tak akan kuat....biar aku saja."

Kurang lebih begitu, sepenggal rayuan maut yang dilancarkan Dilan, seorang siswa SMA kepada sang pujaan hati bernama Milea yang berstatus sama dengannya.

Dilan dan Milea sendiri adalah tokoh utama dalam film Dilan 1990 yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Pidi Baiq. 

Jagat maya pun dibuat heboh. Pasalnya film yang bergenre remaja ini sarat rayuan gombal tak berbatas syara'. Dan film inilah yang saat ini sedang membidik generasi. Tentu hal ini membuat kita bergidik ngeri akan tingkah polah generasi Z sekarang ini.

Gambaran kehidupan remaja-remaji zaman now, cukup terwakili oleh kisah cinta di Novel Dilan 1990. Ah, bisa jadi dari zaman ke zaman memang sudah begini, beda wasilah dan sarana saja. Sejak kisah Laila Majnun, Romeo and Juliet, kisah roman picisan ini sudah lama bermula.

Lalu kenapa saya menyebutnya roman picisan? Pake acara bergidik ngeri lagi. Itu karena film ini terlalu picik dalam memahami kodrat hubungan antara dua insan berlainan jenis, yang sejatinya hidup untuk saling berta'awun atau kerjasama. Laki-laki dan wanita dipandang hanya sebatas objek seks semata. Hubungan berlandaskan saling suka lahir dari hawa nafsu belaka.

Hilanglah fungsi hubungan untuk menjaga iffah dan izzah dalam ikatan suci pernikahan. Berganti dengan hubungan sesaat, pacaran.

Ya, pacaranlah yang menjadi salah satu sebab awal mula bencana pergaulan bebas bin bablas, yang marak terjadi dan berakibat fatal akhir-akhir ini. Berita bayi-bayi malang tak berdosa dibuang ada di seantero negeri. Tak cukup dibuang, bayi-bayi ini bahkan dibunuh. Seperti yang terjadi di Purwokerto, seorang siswi 15 tahun membunuh anak hasil zinanya di toilet Rumah Sakit karena malu dan belum siap. Sungguh kejam!

Inilah hasilnya jika remaja kian bablas dalam pergaulan. Mereka akan membawa peradaban menuju jurang kehancuran.  

Lalu apa yang harus kita lakukan demi membentengi diri dari gempuran budaya barat yang identik dengan gaul bebas ini? Apakah harus menunggu kehancuran yang lebih besar lagi? Tidak! Katakan dengan tegas "Pacaran itu haram". Pacaran bukan budaya kita, oleh karenanya tak perlu latah mengikutinya. 

Jangan pernah tertipu lagi, roman picisan ala cinta-cintaan yang dipuja-puji Barat. Tak mengapa dibilang gak gaul. Biarlah. Toh, Itu bukan style kita sebagai remaja Islam. Motto kita, gak ada Istilah sayang atau cinta kalau belum halal. So, kalau mau rindu-rinduan, halalin dulu deh!
Oleh: Ana Nazahah
(rf/voa-islam.com)

-------------------------+++++------------------------

Point kedua•

Ada satu perubahan kecil di Dilan 1990, film adaptasi novel berjudul sama karya Pidi Baiq, tetapi terasa signifikan terutama bagi yang telah membaca novelnya.

Perubahan itu terdapat di adegan saat karakter Milea Adnan Husain (di film diperankan oleh Vanessa Prescilla) untuk pertama kalinya memasuki kamar pribadi Dilan (diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, eks CJR), remaja satu sekolah yang disukai oleh Milea. Saat menyusuri kamar tersebut yang didamping oleh Bunda (ibunda Dilan, diperankan oleh Ira Wibowo), pandangan mata Milea terpaku pada satu kutipan yang ditempel di dinding kamar. Kutipan tersebut berasal dari presiden Amerika di era 80-an, Ronald Reagan, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, “Barang siapa yang ingin damai, maka bersiaplah untuk perang.”

Ronald Reagan mengucapkan hal itu untuk memperkuat alasannya dalam meningkatkan pertahanan militer Amerika Serikat sebagai upaya menandingi kekuatan Uni Soviet (sekarang Rusia), yang di era 80’an, masih terlibat dalam kemelut Perang Dingin.

Kutipan itu sendiri sebenarnya berasal dari sebuah  peribahasa Latin berarti sama, “si vis pacem, para bellum” yang diungkapkan pertama kali oleh seorang jenderal perang masyhur Kerajaan Romawi, Publius Flavius Vegetius Renatus.

Ronald Reagan di saat memerintah memang mempraktikkan strategi “Peace Through Strength” atau “Menciptakan Perdamaian Melalui Kekuatan” yang mengadopsi strategi Jenderal Vegetius.

Sementara di novelnya, pandangan Milea tertumbuk pada sebuah poster besar yang memuat gambar Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi Iran.

Dilan sendiri di novelnya memang mengakui bahwa dia mengagumi tokoh revolusioner yang sekaligus menjadi Pemimpin Agung Pertama Iran itu.

Kutipan Ronald Reagan di kamar Dilan tersebut mengimplikasikan bahwa itulah yang melatarbelakangi watak Dilan yang tak segan bertarung demi membela sesuatu yang dia yakini benar.

Dilan 1990 review

-----------------------------------------------
Sepenggal narasi diatas saya kutip dari hasil googling tentang dilan dan hubungannya dengan khomeini.
Berawal dari membaca postingan tmn tentang film dilan sarat dg misi terselubung syiah,membuat saya penasaran untuk mencari tahu tentang isi novel tsb....tapi tdk pernah berharap ingin memiliki dan membacanya.
Mebaca siroh nabawi lebih menarik bagi saya karena ilmu tentang sejarah perjuangan islam masihlah blm ada apa apanya yg saya punya.

Fakta memang tak terbantahkan.Bahkan film dilan viral di sosial media.
Potret manisnya kisah remaja SMU yang sedang dirundung cinta ini tak ayal kini jadi salah satu suguhan favorit...naudzubillah tsumma naudzubillah.

Pemikiran Islam generasi muslim kian tergerus. Generasi harapan umat yang harusnya jadi garda terdepan malah diarahkan untuk mengadopsi tsaqofah barat dan fatalnya ada misi terselubung syiah disitu dengan mengagumi tokoh syi'ah sebagai panutannya.

Bila dicermati lebih jauh,sesungguhnya ini adalah akibat adanya propaganda budaya permisif sekuler di kalangan remaja.
Remaja dibuat lupa akan gaya hidup seorang muslim itu harusnya bagaimana.
Remaja digiring untuk tak lagi peduli halal haram.
Apa pun bebas, asal mereka senang.
Idola mereka itu kan harusnya Rasulullah Muhammad Shallallohu Alaihi Wassalam akan tetapi kini sengaja mereka setting untuk lebih menjadikan artis film sebagai suri tauladan bahkan hal ini melanda hampir sebagian akhi/ukhti kita dg menggunakan kiasan dilan sebagai bahan guyonan mereka.

Generasi muslim pun dihadapkan dengan perang pemikiran dan gaya hidup hendonis.
Lama-lama remaja akan terus menjadi objek propaganda sekaligus objek pasar bila hal ini terus dibiarkan.
Dan akan sangat berpengaruh pula pada gaya hidup mereka yg lebih mengutamakan dunia dibanding dengan akhirat yg kekal abadi.

Sudah saatnya para remaja ini kita kembalikan ke pangkuan Islam.
Harus semakin disadari bahwa potensi remaja itu kan generasi penerus panji panji Rosululloh.
Sudah seharusnya kita tidak biarkan terlena dengan sesuatu yang sedang viral. Karena tanpa disadari hal ini akan membuat mereka semakin jauh dari islam.

Ada yang lebih penting yakni membangun sikap kritis umat terhadap bahaya perang pemikiran. Tentunya itu semua dilakukan dengan berbagai cara yang menarik.

Saya menyadari....bahwa jalan menuju surga memang penuh perjuangan...banyak duri dan kerikil untul menuju kesana.

Ya Robb...kuatkan kami untuk selalu istiqomah dijalan-Mu.

•ummu Saif•

---------------------------------------

Ayatollah Ruhollah Khomeini 
(lahir di KhomeinProvinsi Markazi24 September1902 – meninggal di TehranIran3 Juni 1989 pada umur 86 tahun)
Seorang tokoh Revolusi Iran dan merupakan Pemimpin Agung Iran pertama.

Ayatollah Ruhollah Musavi Khomeini adalah Pemimpin Agung Republik Islam Iran ke-1

Masa jabatan
3 Desember 1979 – 3 Juni 1989

Presiden
Abolhassan Banisadr
Mohammad Ali Rajai
Ali Khamenei

Perdana Menteri
Mohammad Ali Rajai
Mohammad-Javad Bahonar
Mohammad-Reza Mahdavi Kani (sementara)
Mir-Hossein MousaviDidahului oleh(Tidak ada; jabatan pertama)Digantikan olehAli Khamenei

Ayatollah Ruhollah Khomeini  lahir 24 September 1902 KhomeinProvinsi Markazi

Meninggal 3 Juni 1989 (umur 86)
Di TehranIran

Istri bernama Khadijeh Saqafi Khomeini
Anak-anaknya
Mostafa
Zahra
Sadiqeh
Faridah
Ahmad

Agama Islam Syiah

Wikipedia.org

Komentar

Postingan Populer