MENIKAH ~~ SENI MENGALAH

"Nikah ki yo anggere wani ngalah..” (Nikah itu pokoknya berani mengalah)

Dua kata yang menggedor batin saya: BERANI dan MENGALAH

Kata BERANI biasanya disandingkan dengan hal yang berat, bahkan horor. “Berani mati” misalnya. Tapi menyandingkan kata itu dengan MENGALAH membuat saya mulai memahaminya sebagai tugas berat yang tidak semua orang mau dan mampu menjalankannya.

MENGALAH......

Dan ini yang pada akhirnya saya jumpai......lalu saya pelajari dari lelaki yang sejak 15 tahun lalu membersamai.

Saat sikecil nangis tengah malam....dia yg menggendong agar sikecil terdiam...

Saat anak belum lulus toilet training.....dia yang akan bangun di tengah malam untuk menatur si kecil,padahal yang anak panggil saat itu adalah uminya.

Saat makan di luar......dia akan makan dengan terburu-buru agar bisa cepat bergantian menggendong si kecil. Demi kuah bakso di mangkok saya tidak keburu dingin.

Saat memasak dan jumlah masakan itu terbatas. Bukan saya yang menyisihkan untuk bagiannya tapi dia yang akan mengambilkan lebih dulu untuk saya dalam jumlah yang lebih banyak darinya. “Aku sudah kenyang..” dan saya tahu itu bohong.

Saat ada sepotong roti....dia akan membaginya tidak sama besar. Tapi saya yang lebih besar. “Kamu kan menyusui. Butuh lebih banyak kalori..” dan kami akan berdebat panjang, lalu diakhiri dengan saya tidak akan memakan bagian yang besar itu sampai dia tarik kembali agar beratnya sepadan.

Saat saya marah....meski kemarahan itu tidak masuk akal.....dia yang mendekat, mengangsurkan tangan dan meminta maaf. Padahal masalah sebenarnya pun belum terang ia cerna.

Ini akhlak..... Ini ngalah......Dan ini cinta

Entah bagaimana caranya dia tidak bosan mengalah dan tidak pula berdendang “Mengapa s’lalu aku yang mengalah.....”

Enteng saja dia menjalani itu..... Ikhlas saja.... Senang-senang saja. Tapi dampaknya sangat besar buat saya.

Apa itu? Penghormatan, penghargaan, dan respek.

Untuk segi kematangan emosional....saya tertatih-tatih di belakangnya. Marah dan mau menang sendiri....selalu menjadi bagian saya.

Tapi sikap ngalah yang dia tunjukkan.....lambat laun jadi mematangkan emosi itu. Sekaligus membuat saya juga jadi ingin mengalah. Ngalah untuk tidak memancing sikap ngalahnya yang saya rasa sudah berlebihan dia beri pada saya.

Ya..ya.. pernikahan memang selayaknya menjadi hubungan yang take and give. Saling memberi saling menerima. Saling menutupi dan memahami.

Tentu jika hanya satu pihak saja yang terus mengalah dan pihak yang lain memanfaatkan sikap ngalah itu....kedamaian hanya jadi angan. Karena pasti ada bom waktu di balik sikap ngalah itu.

Namun mengalah adalah seni untuk memenangkan hati pasangan. Dan pasangan yang baik (baca: tahu diri) pasti akan menyambut sikap ngalah ini dengan suka cita, kesyukuran, lalu menghargai usaha dari pasangannya.

Mungkin ini maksud “ngalah” sebagai kunci kedamaian berumah tangga.

***

Dan kini saya pun bertanya padanya.... si lelaki pengalah itu. “Mengapa kamu selalu mengalah padaku?”

Jawabannya sederhana saja. Se-sederhana resep sayur lodeh:

“Aku tidak pernah merasa ngalah. Yang aku lakukan hanyalah menjaga agar kita tidak pernah terpecah belah..”

Untukmu yang berani mengalah....dan selalu mengalah.......
my lovely Budi Sapi😘😘
#sakinahbersamamu

Komentar

Postingan Populer