Akhir sebuah perjuangan
Mungkin saja kematian sebenarnya hanyalah sebuah proses keluarnya kita dari rumah dunia menuju rumah kita yg sesungguhnya.
Alam yang lain yang tak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.
Seandainya demikian, mungkin saja persepsi kita terhadap kematian akan berbeda. Tak lagi menyeramkan, tak lagi menakutkan, hanya sebuah proses terbentuknya kembali kesadaran.
Kematian bukanlah akhir , ia hanyalah proses pembebasan kita dari penjara fisik dan amnesia kita untuk kembali kepada kesadaran sepenuhnya bahwa kematian hanya sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan alam selanjutnya.
Mengapa kita dijadikan amnesia dan mengapa kita diinstal kesadaran untuk takut terhadap kematian ??
Mungkin karena ada alasan mengapa kita hidup di dunia ini, yang artinya ada aturan-aturan khusus yang harus kita jalankan selama di dunia, sambil menunggu kita dibebaskan.
Aturan yg memang harus kita lakukan dan inilah yg namanya ketaatan.
Jika aturan yg manusia buat saja bisa bikin kita takut melanggarnya...apalagi jika aturan itu Alloh yg berikan.Alangkah lebih agung untuk ditaati??
Dunia ini hanyalah suaka, bukan rumah alami kita dan mengharuskan hati kita menjadi tidak terkait semata hanya untuk dunia ini.
Kita akan merasa bahwa suatu saat kita akan menyebrang (mati) memasuki alam lain yang merupakan rumah alami kita. Sehingga kalaupun kita harus mempersiapkan segala sesuatu, maka kita akan memberikan porsi yang bijak untuk persiapan penyebrangan kita.
Dan dengan menganggap kematian adalah sebuah jembatan, pembebasan dari program amnesia di dunia.....kita tidak akan terlalu takut dalam menghadapi kematian.
Boleh jadi kita takut saat ini karena kita belum tahu apa sebenarnya yang akan kita jalani setelah menyebrang nanti. Boleh jadi sudut pandang kita sangat berbeda ketika kita telah menyebrang nanti.
Kita melihat kematian begitu menakutkan karena kita telah terbiasa hidup dengan format fisik kita saat ini. Padahal boleh jadi kematian adalah proses pembebasan kita dari format saat ini menuju format baru yang mungkin sebenarnya adalah format alami kita, hanya saja karena kita amnesia dan terbiasa dengan format yang lama, sudut pandang kita menjadi terbatas.
Dengan persepsi ini juga, kita nggak akan menganggap orang-orang yang telah meninggal, telah berakhir hidupnya. Mereka masih ada, mereka hanya telah disadarkan terlebih dahulu dari alam ini. Mereka nggak hilang, nggak juga berakhir, mereka hanya dibebaskan dari bentuk fisik serta dimensi ruang dan waktu saja dan kembali dipulihkan kepada kesadaran penuhnya. Mereka hanya dicukupkan masa jabatannya dari format sebagai manusia.
Tapi paling tidak dengan persepsi ini kita tidak lagi dipusingkan dengan proses kematian dan khawatir bagaimana cara kita mati, apakah ditabrak kereta api, terbakar, jatuh ke jurang, tertusuk, karena sakit atau yang lainnya.
Padahal proses kematian hanyalah terjadi dalam sepersekian detik. Kematian hanyalah sebuah proses penyebrangan untuk memasuki alam yang baru. Dipikirkan atau tidak itu adalah sebuah keniscayaan yang pasti akan kita hadapi.
Seharusnya yang kita pikirkan bukanlah bagaimana proses kematiannya karena itu murni hak Alloh, namun yang harus kita benar-benar pikirkan adalah apa bekal yang akan kita bawa untuk proses penyebrangan ini dan apa yang kita hadapi setelahnya.
Khusnul khotimah selalu dilantunkan...di doakan dan dipintakan dlm setiap permohonan pada-Nya.
Semoga dengan ini kita menjadi lebih mendalami makna bahwa dunia ini hanya sebuah persinggahan, sebuah suaka yang akan ditinggalkan ketika waktunya sudah dicukupkan.
So, dengan itu kita jadi sadar bahwa waktu yang telah diberikan harus benar-benar kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mencari bekal.
Wallahu a’lam bishawab.
Komentar
Posting Komentar